Rabu, 17 Agustus 2016

Natsir_Ahmad Goh_Chan

Liliyana Natsir dan Tontowi Ahmad Head to head Liu Ying Goh dan Peng Soon Chan

Tanggal 9 Maret 2011, Kejuaraan All England
Skor set 1 = 21 - 12, set 2 = 07 - 21, set 3 = 21 - 19

Tanggal 8 Mei 2011, Kejuaraan Malaysia GP Gold
Skor set 1 = 18 - 21, set 2 = 21 - 15, set 3 = 21 - 19

Tanggal 10 Maret 2012, Kejuaraan All England
Skor set 1 = 27 - 25, set 2 = 21 - 16

Tanggal 16 Maret 2012, Kejuaraan Swiss Terbuka
Skor set 1 = 21 - 19, set 2 = 18 - 21, set 3 = 25 - 23

Tanggal November 2012, Kejuaraan China Terbuka
Skor set 1 = 19 - 21, set 2 = 14 - 21

Tanggal 14 Juni 2013, Kejuaraan Indonesia Terbuka
Skor set 1 = 21 - 15, set 2 = 21- 16

Tanggal 13 Agustus 2015, Kejuaraan Dunia Bulutangkis
Skor set 1 = 21 - 08, set 2 = 21 - 13

Tanggal 10 April 2016, Kejuaraan Malaysia Terbuka
Skor set 1 = 23 - 21, set 2 = 13 - 21, set 3 = 21 - 16

Tanggal 13 Agustus 2016, Fase Grup Olimpiade Rio de Janeiro
Skor set 1 = 21 - 15, set 2 = 21 - 11

Tanggal 17 Agustus 2016, Finnal Olimpiade Rio de Janeiro
Skor set 1 = 21 - 14, set 2 = 21 - 12.

Rabu, 22 Juni 2016

Penonton Istora




Final Piala Thomas 1967 dan Penonton Istora

Meskipun maju ke final sebagai juara bertahan (juara 1964 vs Denmark 5-4), oleh sebab itu hanya menunggu pemenang Challenge Round, sebenarnya kondisi dunia Bulutangkis di tanah air waktu itu sedang berada pada titik nadir.

Pahlawan Piala Thomas Indonesia 1958 - 1964 Tan Joe Hock telah mengundurkan diri. Ferry Sonneville sudah berusia 36 th dan sudah beberapa saat tidak terlibat lagi dalam kompetisi. Pelatnas belum ada, jadi penyusunan ranking pemain didasarkan atas Kejuaraan Nasional, beberapa bulan sebelum pertandingan Piala Thomas digelar.

Kejuaraan itu dimenangi oleh seorang remaja klas 3 SMA asal Surabaya, Rudy Nio yang mengalahkan seniornya Muljadi (sebelumnya bernama Ang Tjin Siang) di final.

Tapi rupanya pengurus PBSI merasa gamang untuk mempercayakan Tunggal Utama Indonesia pada remaja tanpa pengalaman internasional itu, sehingga Ferry Sonneville dipanggil kembali (meskipun tanpa melalui kompetisi) sebagai Tunggal Utama.

Sektor ganda yang ber-tahun2 sebelumnya menjadi titik lemah Indonesia masih dipercayakan kepada Tan King Gwan (Darmawan Saputra)/Unang AP, penentu kemenangan Indonesia pada final Thomas Cup 1964 di Tokyo. Padahal, King Gwan saat itu juga sudah berumur 37 th!

Malaysia?

Tunggal Utama mereka Tan Aik Huang adalah juara All England 66, dan finalis 67 (kalah di final dari Erland Kops-Denmark). Ganda Utama mereka Ng Boon Bee/Tan Yee Khan adalah juara All England 66 dan 67 (All England waktu itu dianggap Kejuaraan Dunia tak resmi). Ditambah dengan Tunggal Kedua yang lagi ‘moncer‘ Yew Cheng Hoe (24 thn), tidak ada orang waras yang tidak mengunggulkan Malaysia.

Pertandingan Final ini berlangsung di Istora Senayan, dalam 2 hari (9-10 Juni 1967)

Hari Pertama mempertandingkan 4 partai (2 tunggal dan 2 ganda). Hari Kedua 5 partai (2 tunggal dan 2 ganda disilang, ditambah tunggal ketiga). Syarat lain adalah minimal 1 orang pemain tunggal harus merangkap sebagai pemain ganda.

Partai pembuka adalah tunggal utama Indonesia Ferry Sonneville, kalah kecepatan oleh tunggal kedua Malaysia, Yew Cheng Hoe dan kalah dengan cukup mudah 9-15, 7-15. (Malaysia pecah telor, 0-1).

Remaja berusia 18 tahun kurang 2 bulan yang pada malam itu resmi bernama Rudy Hartono Kurniawan, tunggal kedua Indonesia, tampil pada partai kedua melawan Tan Aik Huang. Seakan ingin menunjukkan bahwa gelar Juara Seleksi Nasional yang didapatkannya bukan karena kebetulan apalagi karbitan, Rudy mencecar Tan dengan ‘overhead smash‘nya yang terkenal itu. (Ketika itu bila pemain bertangan kanan menerima lob di arah kirinya, biasanya diambil dengan pukulan backhand, berupa dropshot atau lob serang. Tapi Rudy mengambilnya dengan forehand smash. Badannya meliuk, indah namun mematikan! Ditambah dengan footworknya yang sempurna mengcover lapangan, seolah dia sedang menari balet.) Tan Aik Huang yang lebih berpengalaman dan juara All England itu tidak sempat berkembang dan kalah mudah 15-6,15-8. (Indonesia pecah telor 1-1).

Partai Ketiga adalah pertandingan menarik. Muljadi pemain spesialis tunggal, dipasangkan dengan Agus Susanto, kelihatan belum padu sehingga set ke1 kalah mudah 2-15 oleh Tan Aik Huang/Teh Kew San. Set ke 2 ternyata pasangan Indonesia memberikan perlawanan keras dan menang 18-15. Karena tidak beruntung saja set ketiga bisa dimenangi ganda Malaysia, 12- 15 (Indonesia ketinggalan 1-2).

Partai Keempat, sekaligus penutup pertandingan malam itu, pemain ganda peringkat 1 dunia Malaysia Ng Boon Bee/Tan Yee Khan tidak menemui kesulitan berarti dalam menundukkan veteran Indonesia Darmawan Saputra/Unang AP, 15-6, 15-7. (Malaysia unggul 1-3).

Penonton masih tertib (apalagi untuk ukuran sekarang!), meskipun demikian Herbert Scheele beberapa kali berdiri, berjalan2 yang dianggap ‘overacting‘ oleh penonton.

Rasanya sisa malam itu seluruh rakyat Indonesia tidak nyenyak tidur. Olahraga kebanggaan Indonesia, di kandang sendiri, harus ketinggalan 1-3. Bagaimana besok?
Malam Kedua dibuka dengan Ferry Sonneville tunggal utama Indonesia yang dikalahkan Tan Aik Huang nyaris tanpa keringat 2-15, 4-15. (Indonesia hampir kalah, 1-4). Saat itu, tanpa komando, tanpa dirigen, penonton mulai kompak menyanyi â€Å“Hallo Hallo Bandungâ€Å“, â€Å“Padamu Negeriâ€Å“, hingga â€Å“Rayuan Pulau Kelapaâ€Å“. (Bayangkan saja lagu dalam tempo lambat seperti â€Å“Rayuan Pulau Kelapa” bisa dinyanyikan secara utuh dan kompak?)

Rudy Hartono di partai ke 2 membuktikan Indonesia masih ada dan menang (juga nyaris tanpa keringat) atas Yew Cheng Hoe, 15-5, 15-9. (Indonesia mendekat 2-4)

(Menarik diperhatikan bahwa Rudy Hartono, pada debut pertamanya di dunia Internasional tidak membiarkan lawan2nya meraih angka 10!)

Muljadi yang telat panas (seperti juga Susi Susanti, kemudian) menemui perlawanan alot veteran Malaysia 34 th, Teh Kew San di partai ke 3, meskipun menang straight set, 18-15, 15-4. (Indonesia makin dekat, 3-4).
Lagu yang dinyanyikan penonton semakin keras, dan nyaris tanpa berhenti, bahkan ketika pemain sedang konsentrasi melakukan servis. Wasit Kehormatan yang asal Inggris seperti duduk di atas bara, berkali2 mondar-mandir hanya untuk menjadi bahan cemoohan penonton. Rupanya beliau menganggap bahwa penonton pertandingan bulutangkis haruslah tertib seperti penonton tennis.

Sungguh tidak beruntung undian pertandingan yang memaksa Muljadi hanya beristirahat 30 menit dan harus bertanding kembali di partai ke 4 bersama Agus Susanto (Ayah pemain ‘stylish‘ Indonesia, pemegang Medali Perunggu Olimpiade Barcelona 92, Hermawan Susanto). Lawannya adalah jawara Malaysia Ng Boon Bee/Tan Yee Khan yang juara dunia, yang diharapkan (Malaysia!) mampu menghentikan perlawanan Indonesia, 5-3.

Harapan itu sepertinya akan terkabul, Muljadi yang belum pulih benar kondisinya jadi incaran ganda Malaysia, harus jatuh-bangun untuk kalah mudah set pertama 2-15. Set kedua kelihatannya juga akan mudah buat ganda Malaysia itu. Mereka sudah unggul jauh, dan hanya perlu 5 angka lagi dan Indonesia benar-benar harus merelakan Piala Thomas terbang ke Malaysia.
Tapi kemudian terjadilah keajaiban! 

Muljadi yang pantang menyerah, mengubah taktik, berusaha menurunkan tempo permainan sambil menata napasnya. Ber-kali2 dia minta ganti shuttle cock (hal yang belum umum dilakukan saat itu). Kalau ditolak, dia minta ganti raket. Lalu ber-lama2 mengusap keringat, ganti kaos, mengikat tali sepatu di tengah lapangan ketika ganda Malaysia bersiap servis (bahkan mengganti sepatunya!). Ganda Malaysia protes, konsentrasi mereka pecah dan terpancing emosi, irama permainan menjadi kacau dan banyak melakukan kesalahan sendiri. Lob keluar, smash melebar, dropshot nyangkut. Dari ketinggalan 2-10, Muljadi/Agus berhasil memaksakan deuce 13-13.

Sampai disini bisakah dimaklumi emosi penonton yang meledak karena gembira? Ketika kondisi berbalik ‘from zero to hero‘ seperti itu, wajarkah kalau supporter Indonesia jadi histeris?

Keadaan baru benar2 tak terkendali ketika ganda Malaysia yang kalah set kedua 15-18, menolak untuk melanjutkan pertandingan. Wasit Kehormatan ter-provokasi oleh tuntutan Malaysia dan menuntut Panitia untuk mengendalikan keadaan. Keadaan berangsur jadi chaos, kalimah sakti Ganyang Malaysia! mulai ramai diteriakkan. Pertandingan kemudian dihentikan oleh Scheele.
Kejadian selanjutnya, Indonesia harus melanjutkan pertandingan yang tersisa di tempat netral. Karena Indonesia menolak (untuk dinyatakan ‘bersalah‘) Indonesia diputuskan kalah 6-3.

Tapi ulah penonton yang tidak tertib seperti itu ternyata bukan cuma milik Indonesia. 3 tahun kemudian penonton KL membalasnya dengan sama hebohnya, sama kurang ajarnya, tapi Tim Bulutangkis Indonesia tahun 1970 terlalu kuat untuk tuan rumah, meskipun didukung penuh oleh penonton. Indonesia di final menang telak 7-2 atas Malaysia.

Tahun 1992 Ardy Wiranata cs di Bukit Jalil harus menyaksikan spanduk raksasa yang dibentangkan supporter Malaysia â€Å“Garuda Fallâ€
 dan kalah 2-3 dari Malaysia di final.

Giliran Jakarta menjadi tuan rumah 1994, Indonesia yang sudah unggul harus kembali menerima provokasi Malaysia yang enggan meneruskan pertandingan setelah kalah 0-3.

Jadi, apakah malam itu supporter Indonesia memberikan perlakuan tak senonoh pada tamunya? Rasanya jawabannya sangat kompleks dan saling berkait sebab dan akibat. Yang jelas, saat itu Indonesia kalah karena keputusan, bukan kalah bertanding.

Minggu, 12 Juni 2016

Sudirman Cup 2015

Piala Sudirman 2015 merupakan edisi ke-14 dari turnamen Piala Sudirman. Turnamen ini merupakan kejuaraan beregu dunia bulutangkis ini diselenggarakan di Dongguan, Tiongkok.

Daftar unggulan untuk tim yang akan bertanding pada Piala Sudirmnan telah dirilis pada 5 Maret 2015. Penentuan unggulan berdasarkan poin agregat dari pemain terbaik dari setiap negara di setiap sektor pada peringkat dunia BWF. Turnamen dibagi menjadi empat grup, dengan dua belas tim terbaik akan bertanding untuk memperebutkan piala di grup 1. Delapan tim dimasukkan masing-masing kedalam grup 2 dan grup 3 dan tujuh tim akan menghuni grup 4. Pengundian dilakukan pada 16 Maret 2015 

Pertandingan babak akhir Dongfeng Nissan Sports Center, Court 1 pada tanggal 17 Mei 2015. Regu Tiongkok menjadi juara setelah mengalahkan regu Jepang, dengan skor 3 - 0 

Partai pertama
Fu Haifeng / Zhang Nan (Tiongkok) -
Hiroyuki Endo / Kenichi Hayakawa (Jepang)
Skor : set 1 = 21 – 17, set 2 =  20 – 22, set 3 =  21 - 17

Partai kedua
Li Xuerui (Tiongkok) - Akane Yamaguchi (Jepang)
Skor : set 1 = 23 - 21, set 2 =  21 - 14

Partai ketiga
Lin Dan (Tiongkok) - Takuma Ueda (Jepang)
Skor : set 1 = 21 15, set 2 =  21 - 13

Partai keempat
Ma Jin / Tang Yuanting (Tiongkok) -
Misaki Matsutomo / Ayaka Takahashi (Jepang)
Skor : tidak dimainkan

Partai kelima
Zhang Nan / Zhao Yunlei (Tiongkok) -
Kenta Kazuno / Ayane Kurihara (Jepang)
Skor : tidak dimainkan


 Juara Piala Sudirman 2015 

Republik Rakyat Tiongkok
Gelar ke-10

Referensi : en.wikipedia.org

Sudirman Cup 2013

Piala Sudirman 2013 adalah turnamen ketiga belas dari Piala Sudirman. Kompetisi diadakan dari tanggal 19 Mei sampai dengan 26 Mei 2013 di Kuala Lumpur, Malaysia. Menurut Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) 31 tim telah memastikan partisipasi mereka, untuk kedua kalinya, dua belas tim bersaing di kelompok elit untuk perebutan untuk gelar. 

Pemain unggulan untuk tim yang bersaing di turnamen yang dirilis pada 7 Maret 2013. Hal ini didasarkan pada poin gabungan dari pemain terbaik di peringkat dunia. Turnamen ini dibagi menjadi tiga kelompok, dengan dua belas tim di kelompok elit yang bersaing untuk memperebutkan gelar. Delapan tim yang diunggulkan dalam kelompok kedua dan sepuluh tim yang diunggulkan dalam kelompok ketiga.  

Pertandingan babak akhir diselenggarakan pada Stadium Putra Court 1, Kuala Lumpur, Malaysia, pada 26 Mei 2013

Partai pertama
Xu Chen / Ma Jin (Tiongkok) –
Ko Sung-hyun / Kim Ha-na (Korea Selatan)
Skor : set 1 = 21 – 13, set 2 = 21 – 15

Partai  kedua
Chen Long (Tiongkok) -
Lee Dong-keun (Korea Selatan)
Skor : set 1 = 21 – 15, set 2 = 21 – 10

Partai  ketiga
Liu Xiaolong / Qiu Zihan (Tiongkok) –
Ko Sung-hyun / Lee Yong-dae (Korea Selatan)
Skor : set 1 = 21 – 19, set 2 = 21 – 17

Partai  keempat
Li Xuerui (Tiongkok) -
Sung Ji-hyun (Korea Selatan)
Skor : tidak bermain

Partai kelima
Yu Yang / Wang Xiaoli (Tiongkok) –
Jung Kyung-eun / Kim Ha-na (Korea Selatan)
Skor : tidak bermain


Pemenang Sudirman Cup 2013

Tiongkok
gelar kesembilan

Referensi : en.wikipedia.org

Sudirman Cup 2011

Piala Sudirman 2011 adalah turnamen kedua belas dari Piala Sudirman. Kompetisi diadakan dari tanggal 22 Mei sampai dengan 29 Mei 2011 di Qingdao, Cina. Menurut Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) 32 tim telah memastikan partisipasi mereka, untuk pertama kalinya dua belas tim bersaing di kelompok elit untuk pertempuran untuk gelar. 

Pemain unggulan untuk tim yang bersaing di turnamen yang dirilis pada tanggal 9 Maret 2011. Hal ini didasarkan pada poin gabungan dari pemain terbaik di peringkat dunia. Turnamen akan dibagi menjadi empat kelompok, dengan dua belas tim di kelompok elit yang bersaing untuk judul. Delapan tim akan menjadi unggulan ke kedua kelompok kedua dan ketiga, sementara hanya lima tim akan bersaing di kelompok keempat. Pengundian diselenggarakan pada tanggal 17 April 2011. 

Regu bulutangkis Tiongkok menjadi juara setelah di babak akhir mengalahkan Denmark, dengan skor :  3 – 0. Pertandingan babak akhir diselenggarakan pada Qingdao Sports Center, Qingdao, Tiongkok, pada 29 Mei 2011


Partai pertama
Xu Chen / Ma Jin (Tiongkok) –
 (Denmark)
Skor : set 1 = 21 – 14, set 2 = 21 – 14

Partai  kedua
Lin Dan (Tiongkok)
Peter Gade (Denmark)
Skor : set 1 = 21 – 16, set 2 = 21 – 11

Partai  ketiga
Cai Yun / Fu Haifeng (Tiongkok) –
Carsten Mogensen / Jonas Rasmussen (Denmark)
Skor : set 1 = 21 – 17, set 2 = 21 – 13

Partai  keempat
Wang Xin (Tiongkok)
Tine Baun (Denmark)
Skor : tidak bermain

Partai kelima
Yu Yang / Wang Xiaoli (Tiongkok) –
Joachim Fischer Nielsen / Christinna Pedersen (Denmark)
Skor : tidak bermain
Pemenang Sudirman Cuo 2011
 
Tiongkok
gelar kedelapan

Referensi : en.wikipedia.org

Natsir_Ahmad Goh_Chan

Liliyana Natsir dan Tontowi Ahmad Head to head Liu Ying Goh dan Peng Soon Chan Tanggal 9 Maret 2011, Kejuaraan All England Skor set 1 = ...