Final
Piala Thomas 1967 dan Penonton Istora
Meskipun maju ke final sebagai juara bertahan (juara 1964 vs Denmark 5-4), oleh sebab itu hanya menunggu pemenang Challenge Round, sebenarnya kondisi dunia Bulutangkis di tanah air waktu itu sedang berada pada titik nadir.
Pahlawan Piala Thomas Indonesia 1958 - 1964 Tan Joe Hock telah mengundurkan diri. Ferry Sonneville sudah berusia 36 th dan sudah beberapa saat tidak terlibat lagi dalam kompetisi. Pelatnas belum ada, jadi penyusunan ranking pemain didasarkan atas Kejuaraan Nasional, beberapa bulan sebelum pertandingan Piala Thomas digelar.
Meskipun maju ke final sebagai juara bertahan (juara 1964 vs Denmark 5-4), oleh sebab itu hanya menunggu pemenang Challenge Round, sebenarnya kondisi dunia Bulutangkis di tanah air waktu itu sedang berada pada titik nadir.
Pahlawan Piala Thomas Indonesia 1958 - 1964 Tan Joe Hock telah mengundurkan diri. Ferry Sonneville sudah berusia 36 th dan sudah beberapa saat tidak terlibat lagi dalam kompetisi. Pelatnas belum ada, jadi penyusunan ranking pemain didasarkan atas Kejuaraan Nasional, beberapa bulan sebelum pertandingan Piala Thomas digelar.
Respon
- Re: Mengenang Kisah Piala Thomas 1967 & 1970
Oleh
: andromeda
Senin,
28 Maret 2011 12:13:13
Lanjut...
Kejuaraan itu dimenangi oleh seorang remaja klas 3 SMA asal Surabaya, Rudy Nio yang mengalahkan seniornya Muljadi (sebelumnya bernama Ang Tjin Siang) di final.
Tapi rupanya pengurus PBSI merasa gamang untuk mempercayakan Tunggal Utama Indonesia pada remaja tanpa pengalaman internasional itu, sehingga Ferry Sonneville dipanggil kembali (meskipun tanpa melalui kompetisi) sebagai Tunggal Utama.
Sektor ganda yang ber-tahun2 sebelumnya menjadi titik lemah Indonesia masih dipercayakan kepada Tan King Gwan (Darmawan Saputra)/Unang AP, penentu kemenangan Indonesia pada final Thomas Cup 1964 di Tokyo. Padahal, King Gwan saat itu juga sudah berumur 37 th!
Malaysia?
Tunggal Utama mereka Tan Aik Huang adalah juara All England 66, dan finalis 67 (kalah di final dari Erland Kops-Denmark). Ganda Utama mereka Ng Boon Bee/Tan Yee Khan adalah juara All England 66 dan 67 (All England waktu itu dianggap Kejuaraan Dunia tak resmi). Ditambah dengan Tunggal Kedua yang lagi ‘moncer‘ Yew Cheng Hoe (24 thn), tidak ada orang waras yang tidak mengunggulkan Malaysia.
Kejuaraan itu dimenangi oleh seorang remaja klas 3 SMA asal Surabaya, Rudy Nio yang mengalahkan seniornya Muljadi (sebelumnya bernama Ang Tjin Siang) di final.
Tapi rupanya pengurus PBSI merasa gamang untuk mempercayakan Tunggal Utama Indonesia pada remaja tanpa pengalaman internasional itu, sehingga Ferry Sonneville dipanggil kembali (meskipun tanpa melalui kompetisi) sebagai Tunggal Utama.
Sektor ganda yang ber-tahun2 sebelumnya menjadi titik lemah Indonesia masih dipercayakan kepada Tan King Gwan (Darmawan Saputra)/Unang AP, penentu kemenangan Indonesia pada final Thomas Cup 1964 di Tokyo. Padahal, King Gwan saat itu juga sudah berumur 37 th!
Malaysia?
Tunggal Utama mereka Tan Aik Huang adalah juara All England 66, dan finalis 67 (kalah di final dari Erland Kops-Denmark). Ganda Utama mereka Ng Boon Bee/Tan Yee Khan adalah juara All England 66 dan 67 (All England waktu itu dianggap Kejuaraan Dunia tak resmi). Ditambah dengan Tunggal Kedua yang lagi ‘moncer‘ Yew Cheng Hoe (24 thn), tidak ada orang waras yang tidak mengunggulkan Malaysia.
- Re: Mengenang Kisah Piala Thomas 1967 & 1970
Oleh : andromeda
Senin, 28 Maret 2011 12:13:55
Lanjut...
Pertandingan Final ini berlangsung di Istora Senayan, dalam 2 hari (9-10 Juni 1967)
Hari Pertama mempertandingkan 4 partai (2 tunggal dan 2 ganda). Hari Kedua 5 partai (2 tunggal dan 2 ganda disilang, ditambah tunggal ketiga). Syarat lain adalah minimal 1 orang pemain tunggal harus merangkap sebagai pemain ganda.
Partai pembuka adalah tunggal utama Indonesia Ferry Sonneville, kalah kecepatan oleh tunggal kedua Malaysia, Yew Cheng Hoe dan kalah dengan cukup mudah 9-15, 7-15. (Malaysia pecah telor, 0-1).
Remaja berusia 18 tahun kurang 2 bulan yang pada malam itu resmi bernama Rudy Hartono Kurniawan, tunggal kedua Indonesia, tampil pada partai kedua melawan Tan Aik Huang. Seakan ingin menunjukkan bahwa gelar Juara Seleksi Nasional yang didapatkannya bukan karena kebetulan apalagi karbitan, Rudy mencecar Tan dengan ‘overhead smash‘nya yang terkenal itu. (Ketika itu bila pemain bertangan kanan menerima lob di arah kirinya, biasanya diambil dengan pukulan backhand, berupa dropshot atau lob serang. Tapi Rudy mengambilnya dengan forehand smash. Badannya meliuk, indah namun mematikan! Ditambah dengan footworknya yang sempurna mengcover lapangan, seolah dia sedang menari balet.) Tan Aik Huang yang lebih berpengalaman dan juara All England itu tidak sempat berkembang dan kalah mudah 15-6,15-8. (Indonesia pecah telor 1-1).
Pertandingan Final ini berlangsung di Istora Senayan, dalam 2 hari (9-10 Juni 1967)
Hari Pertama mempertandingkan 4 partai (2 tunggal dan 2 ganda). Hari Kedua 5 partai (2 tunggal dan 2 ganda disilang, ditambah tunggal ketiga). Syarat lain adalah minimal 1 orang pemain tunggal harus merangkap sebagai pemain ganda.
Partai pembuka adalah tunggal utama Indonesia Ferry Sonneville, kalah kecepatan oleh tunggal kedua Malaysia, Yew Cheng Hoe dan kalah dengan cukup mudah 9-15, 7-15. (Malaysia pecah telor, 0-1).
Remaja berusia 18 tahun kurang 2 bulan yang pada malam itu resmi bernama Rudy Hartono Kurniawan, tunggal kedua Indonesia, tampil pada partai kedua melawan Tan Aik Huang. Seakan ingin menunjukkan bahwa gelar Juara Seleksi Nasional yang didapatkannya bukan karena kebetulan apalagi karbitan, Rudy mencecar Tan dengan ‘overhead smash‘nya yang terkenal itu. (Ketika itu bila pemain bertangan kanan menerima lob di arah kirinya, biasanya diambil dengan pukulan backhand, berupa dropshot atau lob serang. Tapi Rudy mengambilnya dengan forehand smash. Badannya meliuk, indah namun mematikan! Ditambah dengan footworknya yang sempurna mengcover lapangan, seolah dia sedang menari balet.) Tan Aik Huang yang lebih berpengalaman dan juara All England itu tidak sempat berkembang dan kalah mudah 15-6,15-8. (Indonesia pecah telor 1-1).
- Re: Mengenang Kisah Piala Thomas 1967 & 1970
Oleh
: andromeda
Senin,
28 Maret 2011 12:14:31
Lanjut...
Partai Ketiga adalah pertandingan menarik. Muljadi pemain spesialis tunggal, dipasangkan dengan Agus Susanto, kelihatan belum padu sehingga set ke1 kalah mudah 2-15 oleh Tan Aik Huang/Teh Kew San. Set ke 2 ternyata pasangan Indonesia memberikan perlawanan keras dan menang 18-15. Karena tidak beruntung saja set ketiga bisa dimenangi ganda Malaysia, 12- 15 (Indonesia ketinggalan 1-2).
Partai Keempat, sekaligus penutup pertandingan malam itu, pemain ganda peringkat 1 dunia Malaysia Ng Boon Bee/Tan Yee Khan tidak menemui kesulitan berarti dalam menundukkan veteran Indonesia Darmawan Saputra/Unang AP, 15-6, 15-7. (Malaysia unggul 1-3).
Penonton masih tertib (apalagi untuk ukuran sekarang!), meskipun demikian Herbert Scheele beberapa kali berdiri, berjalan2 yang dianggap ‘overacting‘ oleh penonton.
Rasanya sisa malam itu seluruh rakyat Indonesia tidak nyenyak tidur. Olahraga kebanggaan Indonesia, di kandang sendiri, harus ketinggalan 1-3. Bagaimana besok?
Partai Ketiga adalah pertandingan menarik. Muljadi pemain spesialis tunggal, dipasangkan dengan Agus Susanto, kelihatan belum padu sehingga set ke1 kalah mudah 2-15 oleh Tan Aik Huang/Teh Kew San. Set ke 2 ternyata pasangan Indonesia memberikan perlawanan keras dan menang 18-15. Karena tidak beruntung saja set ketiga bisa dimenangi ganda Malaysia, 12- 15 (Indonesia ketinggalan 1-2).
Partai Keempat, sekaligus penutup pertandingan malam itu, pemain ganda peringkat 1 dunia Malaysia Ng Boon Bee/Tan Yee Khan tidak menemui kesulitan berarti dalam menundukkan veteran Indonesia Darmawan Saputra/Unang AP, 15-6, 15-7. (Malaysia unggul 1-3).
Penonton masih tertib (apalagi untuk ukuran sekarang!), meskipun demikian Herbert Scheele beberapa kali berdiri, berjalan2 yang dianggap ‘overacting‘ oleh penonton.
Rasanya sisa malam itu seluruh rakyat Indonesia tidak nyenyak tidur. Olahraga kebanggaan Indonesia, di kandang sendiri, harus ketinggalan 1-3. Bagaimana besok?
- Re: Mengenang Kisah Piala Thomas 1967 & 1970
Oleh : andromeda
Senin, 28 Maret 2011 12:15:03
Lanjut...
Malam Kedua dibuka dengan Ferry Sonneville tunggal utama Indonesia yang dikalahkan Tan Aik Huang nyaris tanpa keringat 2-15, 4-15. (Indonesia hampir kalah, 1-4). Saat itu, tanpa komando, tanpa dirigen, penonton mulai kompak menyanyi “Hallo Hallo Bandung“, “Padamu Negeri“, hingga “Rayuan Pulau Kelapa“. (Bayangkan saja lagu dalam tempo lambat seperti “Rayuan Pulau Kelapa†bisa dinyanyikan secara utuh dan kompak?)
Rudy Hartono di partai ke 2 membuktikan Indonesia masih ada dan menang (juga nyaris tanpa keringat) atas Yew Cheng Hoe, 15-5, 15-9. (Indonesia mendekat 2-4)
(Menarik diperhatikan bahwa Rudy Hartono, pada debut pertamanya di dunia Internasional tidak membiarkan lawan2nya meraih angka 10!)
Muljadi yang telat panas (seperti juga Susi Susanti, kemudian) menemui perlawanan alot veteran Malaysia 34 th, Teh Kew San di partai ke 3, meskipun menang straight set, 18-15, 15-4. (Indonesia makin dekat, 3-4).
Malam Kedua dibuka dengan Ferry Sonneville tunggal utama Indonesia yang dikalahkan Tan Aik Huang nyaris tanpa keringat 2-15, 4-15. (Indonesia hampir kalah, 1-4). Saat itu, tanpa komando, tanpa dirigen, penonton mulai kompak menyanyi “Hallo Hallo Bandung“, “Padamu Negeri“, hingga “Rayuan Pulau Kelapa“. (Bayangkan saja lagu dalam tempo lambat seperti “Rayuan Pulau Kelapa†bisa dinyanyikan secara utuh dan kompak?)
Rudy Hartono di partai ke 2 membuktikan Indonesia masih ada dan menang (juga nyaris tanpa keringat) atas Yew Cheng Hoe, 15-5, 15-9. (Indonesia mendekat 2-4)
(Menarik diperhatikan bahwa Rudy Hartono, pada debut pertamanya di dunia Internasional tidak membiarkan lawan2nya meraih angka 10!)
Muljadi yang telat panas (seperti juga Susi Susanti, kemudian) menemui perlawanan alot veteran Malaysia 34 th, Teh Kew San di partai ke 3, meskipun menang straight set, 18-15, 15-4. (Indonesia makin dekat, 3-4).
- Re: Mengenang Kisah Piala Thomas 1967 & 1970
Oleh
: andromeda
Senin,
28 Maret 2011 12:15:37
Lanjut...
Lagu yang dinyanyikan penonton semakin keras, dan nyaris tanpa berhenti, bahkan ketika pemain sedang konsentrasi melakukan servis. Wasit Kehormatan yang asal Inggris seperti duduk di atas bara, berkali2 mondar-mandir hanya untuk menjadi bahan cemoohan penonton. Rupanya beliau menganggap bahwa penonton pertandingan bulutangkis haruslah tertib seperti penonton tennis.
Sungguh tidak beruntung undian pertandingan yang memaksa Muljadi hanya beristirahat 30 menit dan harus bertanding kembali di partai ke 4 bersama Agus Susanto (Ayah pemain ‘stylish‘ Indonesia, pemegang Medali Perunggu Olimpiade Barcelona 92, Hermawan Susanto). Lawannya adalah jawara Malaysia Ng Boon Bee/Tan Yee Khan yang juara dunia, yang diharapkan (Malaysia!) mampu menghentikan perlawanan Indonesia, 5-3.
Harapan itu sepertinya akan terkabul, Muljadi yang belum pulih benar kondisinya jadi incaran ganda Malaysia, harus jatuh-bangun untuk kalah mudah set pertama 2-15. Set kedua kelihatannya juga akan mudah buat ganda Malaysia itu. Mereka sudah unggul jauh, dan hanya perlu 5 angka lagi dan Indonesia benar-benar harus merelakan Piala Thomas terbang ke Malaysia.
Lagu yang dinyanyikan penonton semakin keras, dan nyaris tanpa berhenti, bahkan ketika pemain sedang konsentrasi melakukan servis. Wasit Kehormatan yang asal Inggris seperti duduk di atas bara, berkali2 mondar-mandir hanya untuk menjadi bahan cemoohan penonton. Rupanya beliau menganggap bahwa penonton pertandingan bulutangkis haruslah tertib seperti penonton tennis.
Sungguh tidak beruntung undian pertandingan yang memaksa Muljadi hanya beristirahat 30 menit dan harus bertanding kembali di partai ke 4 bersama Agus Susanto (Ayah pemain ‘stylish‘ Indonesia, pemegang Medali Perunggu Olimpiade Barcelona 92, Hermawan Susanto). Lawannya adalah jawara Malaysia Ng Boon Bee/Tan Yee Khan yang juara dunia, yang diharapkan (Malaysia!) mampu menghentikan perlawanan Indonesia, 5-3.
Harapan itu sepertinya akan terkabul, Muljadi yang belum pulih benar kondisinya jadi incaran ganda Malaysia, harus jatuh-bangun untuk kalah mudah set pertama 2-15. Set kedua kelihatannya juga akan mudah buat ganda Malaysia itu. Mereka sudah unggul jauh, dan hanya perlu 5 angka lagi dan Indonesia benar-benar harus merelakan Piala Thomas terbang ke Malaysia.
- Re: Mengenang Kisah Piala Thomas 1967 & 1970
Oleh : andromeda
Senin, 28 Maret 2011 12:16:07
Lanjut...
Tapi kemudian terjadilah keajaiban!
Muljadi yang pantang menyerah, mengubah taktik, berusaha menurunkan tempo permainan sambil menata napasnya. Ber-kali2 dia minta ganti shuttle cock (hal yang belum umum dilakukan saat itu). Kalau ditolak, dia minta ganti raket. Lalu ber-lama2 mengusap keringat, ganti kaos, mengikat tali sepatu di tengah lapangan ketika ganda Malaysia bersiap servis (bahkan mengganti sepatunya!). Ganda Malaysia protes, konsentrasi mereka pecah dan terpancing emosi, irama permainan menjadi kacau dan banyak melakukan kesalahan sendiri. Lob keluar, smash melebar, dropshot nyangkut. Dari ketinggalan 2-10, Muljadi/Agus berhasil memaksakan deuce 13-13.
Sampai disini bisakah dimaklumi emosi penonton yang meledak karena gembira? Ketika kondisi berbalik ‘from zero to hero‘ seperti itu, wajarkah kalau supporter Indonesia jadi histeris?
Keadaan baru benar2 tak terkendali ketika ganda Malaysia yang kalah set kedua 15-18, menolak untuk melanjutkan pertandingan. Wasit Kehormatan ter-provokasi oleh tuntutan Malaysia dan menuntut Panitia untuk mengendalikan keadaan. Keadaan berangsur jadi chaos, kalimah sakti Ganyang Malaysia! mulai ramai diteriakkan. Pertandingan kemudian dihentikan oleh Scheele.
Tapi kemudian terjadilah keajaiban!
Muljadi yang pantang menyerah, mengubah taktik, berusaha menurunkan tempo permainan sambil menata napasnya. Ber-kali2 dia minta ganti shuttle cock (hal yang belum umum dilakukan saat itu). Kalau ditolak, dia minta ganti raket. Lalu ber-lama2 mengusap keringat, ganti kaos, mengikat tali sepatu di tengah lapangan ketika ganda Malaysia bersiap servis (bahkan mengganti sepatunya!). Ganda Malaysia protes, konsentrasi mereka pecah dan terpancing emosi, irama permainan menjadi kacau dan banyak melakukan kesalahan sendiri. Lob keluar, smash melebar, dropshot nyangkut. Dari ketinggalan 2-10, Muljadi/Agus berhasil memaksakan deuce 13-13.
Sampai disini bisakah dimaklumi emosi penonton yang meledak karena gembira? Ketika kondisi berbalik ‘from zero to hero‘ seperti itu, wajarkah kalau supporter Indonesia jadi histeris?
Keadaan baru benar2 tak terkendali ketika ganda Malaysia yang kalah set kedua 15-18, menolak untuk melanjutkan pertandingan. Wasit Kehormatan ter-provokasi oleh tuntutan Malaysia dan menuntut Panitia untuk mengendalikan keadaan. Keadaan berangsur jadi chaos, kalimah sakti Ganyang Malaysia! mulai ramai diteriakkan. Pertandingan kemudian dihentikan oleh Scheele.
- Re: Mengenang Kisah Piala Thomas 1967 & 1970
Oleh
: andromeda
Senin,
28 Maret 2011 12:16:37
Lanjut...
Kejadian selanjutnya, Indonesia harus melanjutkan pertandingan yang tersisa di tempat netral. Karena Indonesia menolak (untuk dinyatakan ‘bersalah‘) Indonesia diputuskan kalah 6-3.
Tapi ulah penonton yang tidak tertib seperti itu ternyata bukan cuma milik Indonesia. 3 tahun kemudian penonton KL membalasnya dengan sama hebohnya, sama kurang ajarnya, tapi Tim Bulutangkis Indonesia tahun 1970 terlalu kuat untuk tuan rumah, meskipun didukung penuh oleh penonton. Indonesia di final menang telak 7-2 atas Malaysia.
Tahun 1992 Ardy Wiranata cs di Bukit Jalil harus menyaksikan spanduk raksasa yang dibentangkan supporter Malaysia “Garuda Fall†dan kalah 2-3 dari Malaysia di final.
Giliran Jakarta menjadi tuan rumah 1994, Indonesia yang sudah unggul harus kembali menerima provokasi Malaysia yang enggan meneruskan pertandingan setelah kalah 0-3.
Jadi, apakah malam itu supporter Indonesia memberikan perlakuan tak senonoh pada tamunya? Rasanya jawabannya sangat kompleks dan saling berkait sebab dan akibat. Yang jelas, saat itu Indonesia kalah karena keputusan, bukan kalah bertanding.
Kejadian selanjutnya, Indonesia harus melanjutkan pertandingan yang tersisa di tempat netral. Karena Indonesia menolak (untuk dinyatakan ‘bersalah‘) Indonesia diputuskan kalah 6-3.
Tapi ulah penonton yang tidak tertib seperti itu ternyata bukan cuma milik Indonesia. 3 tahun kemudian penonton KL membalasnya dengan sama hebohnya, sama kurang ajarnya, tapi Tim Bulutangkis Indonesia tahun 1970 terlalu kuat untuk tuan rumah, meskipun didukung penuh oleh penonton. Indonesia di final menang telak 7-2 atas Malaysia.
Tahun 1992 Ardy Wiranata cs di Bukit Jalil harus menyaksikan spanduk raksasa yang dibentangkan supporter Malaysia “Garuda Fall†dan kalah 2-3 dari Malaysia di final.
Giliran Jakarta menjadi tuan rumah 1994, Indonesia yang sudah unggul harus kembali menerima provokasi Malaysia yang enggan meneruskan pertandingan setelah kalah 0-3.
Jadi, apakah malam itu supporter Indonesia memberikan perlakuan tak senonoh pada tamunya? Rasanya jawabannya sangat kompleks dan saling berkait sebab dan akibat. Yang jelas, saat itu Indonesia kalah karena keputusan, bukan kalah bertanding.
- Re: Mengenang Kisah Piala Thomas 1967 & 1970
Oleh : andromeda
Senin, 28 Maret 2011 12:18:28
Itu artikel pertama sekarang lanjut gy ke-2
sumber: http://olahraga.kompasiana.com/raket/2010/12/02/piala-thomas-1970-pembalasan-yang-manis/
Piala Thomas 1970, Pembalasan yang Manis
A. Tim Indonesia di Thomas Cup 1970
Kali ini tidak ada seorangpun yang meragukan pilihan PBSI dalam menentukan susunan tim Piala Thomas 1970 ini. Wartawan, Kritikus, Masyarakat Umum, apalagi internal PBSI sepakat bahwa inilah susunan tim terbaik dari materi pemain yang ada, Selain pilihannya memang atas dasar seleksi dan Pelatnas (meskipun bukan jangka panjang seperti sekarang).
Sang Rajawali (Rudy Hartono, 20 tahun) sudah tumbuh kuat, bentangan sayapnya sudah meliputi dunia. Rasanya tidak ada lawan yang akan mampu menjinakkannya. Juara All England sudah 3 kali dibawanya pulang.
Si Nomer 2 (itu memang julukannya) Muljadi, 27 tahun (masih ejaan lama, harap dibaca sebagai Mulyadi) sedang berada di puncak. Sudah 3 kali memperkuat tim Piala Thomas Indonesia. Api yang ada di dirinya belum tampak akan menyurut. Penampilannya di tunggal Thomas Cup sungguh sempurna, belum pernah kalah!.
sumber: http://olahraga.kompasiana.com/raket/2010/12/02/piala-thomas-1970-pembalasan-yang-manis/
Piala Thomas 1970, Pembalasan yang Manis
A. Tim Indonesia di Thomas Cup 1970
Kali ini tidak ada seorangpun yang meragukan pilihan PBSI dalam menentukan susunan tim Piala Thomas 1970 ini. Wartawan, Kritikus, Masyarakat Umum, apalagi internal PBSI sepakat bahwa inilah susunan tim terbaik dari materi pemain yang ada, Selain pilihannya memang atas dasar seleksi dan Pelatnas (meskipun bukan jangka panjang seperti sekarang).
Sang Rajawali (Rudy Hartono, 20 tahun) sudah tumbuh kuat, bentangan sayapnya sudah meliputi dunia. Rasanya tidak ada lawan yang akan mampu menjinakkannya. Juara All England sudah 3 kali dibawanya pulang.
Si Nomer 2 (itu memang julukannya) Muljadi, 27 tahun (masih ejaan lama, harap dibaca sebagai Mulyadi) sedang berada di puncak. Sudah 3 kali memperkuat tim Piala Thomas Indonesia. Api yang ada di dirinya belum tampak akan menyurut. Penampilannya di tunggal Thomas Cup sungguh sempurna, belum pernah kalah!.
- Re: Mengenang Kisah Piala Thomas 1967 & 1970
Oleh
: andromeda
Senin,
28 Maret 2011 12:19:01
Lanjut...
Tunggal Ketiga akhirnya dipercayakan juga kepada Darmadi (Wong Pek Sien), 27 tahun. Tidak ada lagi yang meragukan kapabilitas pemain ini, apalagi setahun sebelum final digelar (1969), dia menciptakan All Indonesian Final untuk kedua kalinya bagi Indonesia (yang pertama tahun 1959, Tan Joe Hock vs Ferry Sonneville) di arena akbar (ketika itu), All England.
Cadangan di Tunggal adalah Djaliteng, 24 tahun terutama karena kemampuannya bermain ganda, dan si Seniman, pemain eksentrik yang angin-anginan, Iie Sumirat 20 tahun.
Sektor ganda, diisi oleh pasangan Indra Gunawan/Nara Sudjana dan Indratno/Mintarja (Mintarya:EYD). Meskipun masih menjadi titik lemah tim Indonesia, karena tidak dominan seperti tunggal, tapi semua sepakat bahwa ini adalah pilihan terbaik. (Nara Sudjana kakak kandung Iie dan Indra Gunawan sekarang sering jadi komentator di tivi).
Karena masih ada ketentuan satu pemain tunggal harus merangkap pemain ganda, kemungkinan susunan pemain ganda bisa menjadi Rudy/Indratno, Rudy/Indra Gunawan, Mulyadi/Mintarja atau Djaliteng/Indra Gunawan.
Tunggal Ketiga akhirnya dipercayakan juga kepada Darmadi (Wong Pek Sien), 27 tahun. Tidak ada lagi yang meragukan kapabilitas pemain ini, apalagi setahun sebelum final digelar (1969), dia menciptakan All Indonesian Final untuk kedua kalinya bagi Indonesia (yang pertama tahun 1959, Tan Joe Hock vs Ferry Sonneville) di arena akbar (ketika itu), All England.
Cadangan di Tunggal adalah Djaliteng, 24 tahun terutama karena kemampuannya bermain ganda, dan si Seniman, pemain eksentrik yang angin-anginan, Iie Sumirat 20 tahun.
Sektor ganda, diisi oleh pasangan Indra Gunawan/Nara Sudjana dan Indratno/Mintarja (Mintarya:EYD). Meskipun masih menjadi titik lemah tim Indonesia, karena tidak dominan seperti tunggal, tapi semua sepakat bahwa ini adalah pilihan terbaik. (Nara Sudjana kakak kandung Iie dan Indra Gunawan sekarang sering jadi komentator di tivi).
Karena masih ada ketentuan satu pemain tunggal harus merangkap pemain ganda, kemungkinan susunan pemain ganda bisa menjadi Rudy/Indratno, Rudy/Indra Gunawan, Mulyadi/Mintarja atau Djaliteng/Indra Gunawan.
- Re: Mengenang Kisah Piala Thomas 1967 & 1970
Oleh : andromeda
Senin, 28 Maret 2011 12:19:46
B. Pertandingan Zona
Karena bukan lagi sebagai juara bertahan, Indonesia harus bertanding dari ‘kampung ke kampung’ seperti ketika merebut Piala Thomas 1958. Sialnya, berkat tuduhan miring dunia bahwa publik Istora adalah supporter yang ‘ganas’, tahun 1970 ini tidak satu kalipun Indonesia bermain di kandang. Sialnya lagi, Indonesia masuk dalam grup zona Asia bersama Pakistan, India, Hongkong, Thailand dan Jepang.
Tim bulutangkis Jepang tahun itu adalah tim bulutangkis terkuat dalam sejarah Jepang dalam keikutsertaannya di Piala Thomas. Tunggal kedua mereka Masao Akiyama pernah mencapai final All England 1966, dan ganda Ippei Kojima/Masao Akiyama adalah semifinalis All England tahun itu. Thailand? Tunggal Utama veteran Sangob Ratanasorn dan pemain muda Bandid Jayjen (yang kemudian sering menyulitkan Rudy) jadi jaminan mutu, apalagi mereka main dikandang sendiri. Grup ini, adalah ‘grup neraka’, terutama karena hanya juara grup yang lolos ke babak Interzona selanjutnya.
Hadangan Indonesia yang pertama adalah India, di Jaipur. Indonesia tidak menemukan kesulitan berarti, India tunduk dengan 2-7.
Karena bukan lagi sebagai juara bertahan, Indonesia harus bertanding dari ‘kampung ke kampung’ seperti ketika merebut Piala Thomas 1958. Sialnya, berkat tuduhan miring dunia bahwa publik Istora adalah supporter yang ‘ganas’, tahun 1970 ini tidak satu kalipun Indonesia bermain di kandang. Sialnya lagi, Indonesia masuk dalam grup zona Asia bersama Pakistan, India, Hongkong, Thailand dan Jepang.
Tim bulutangkis Jepang tahun itu adalah tim bulutangkis terkuat dalam sejarah Jepang dalam keikutsertaannya di Piala Thomas. Tunggal kedua mereka Masao Akiyama pernah mencapai final All England 1966, dan ganda Ippei Kojima/Masao Akiyama adalah semifinalis All England tahun itu. Thailand? Tunggal Utama veteran Sangob Ratanasorn dan pemain muda Bandid Jayjen (yang kemudian sering menyulitkan Rudy) jadi jaminan mutu, apalagi mereka main dikandang sendiri. Grup ini, adalah ‘grup neraka’, terutama karena hanya juara grup yang lolos ke babak Interzona selanjutnya.
Hadangan Indonesia yang pertama adalah India, di Jaipur. Indonesia tidak menemukan kesulitan berarti, India tunduk dengan 2-7.
- Re: Mengenang Kisah Piala Thomas 1967 & 1970
Oleh
: andromeda
Senin,
28 Maret 2011 12:20:14
Lanjut...
Drama yang sebenarnya terjadi di babak berikut. Publik Bangkok ternyata sama ganasnya dengan publik Istora. Hari pertama Indonesia-Thailand berbagi angka 2-2. Hari kedua Rudy menemui lawan keras dari penonton, tapi dapat melibas Bandid dengan 17-14, 15-9. (Indonesia unggul 3-2). Tunggal kedua Muljadi, di set pertama sudah unggul 6-1 atas Sangob, protes kepada wasit karena smashnya yang masuk dianggap keluar. Ketika perdebatan masih terjadi, publik yang mencemooh, melempar Muljadi dengan botol minuman. Muljadi sebenarnya tidak terganggu, tapi official Indonesia yang tersinggung berat menarik Muljadi keluar dan tidak bersedia melanjutkan pertandingan. Malam itu juga Indonesia dinyatakan kalah w.o. 3-6! Indonesia kemudian mengajukan banding ke IBF (sekarang WBF). Beruntunglah Indonesia punya pelobby kuat seperti Drs. Sudirman (ketua PBSI kala itu). IBF menganulir keputusan OC, memutuskan Muljadi kalah (3-3) tapi mengharuskan 3 pertandingan sisa harus diteruskan di Hongkong. Gantian Thailand yang ogah dan Indonesia dinyatakan menang 6-3. (Pembalasan Manis Pertama).
Tapi adrenalin yang terpacu belum berhenti sampai disini. Entah dengan alasan apa, tim tidak memainkan Muljadi pada partai krusial melawan Jepang di Kyoto. Karena ternyata bulutangkis memang kurang populer di Jepang, pertandingan dilakukan nyaris tanpa penonton. Meskipun demikian, Indonesia harus dengan susah payah berjuang sampai partai terakhir. Dan lolos dari lubang jarum 5-4, terutama dari 4 angka yang dipersembahkan Rudy (2 tunggal dan 2 ganda). Nyaris saja!
Drama yang sebenarnya terjadi di babak berikut. Publik Bangkok ternyata sama ganasnya dengan publik Istora. Hari pertama Indonesia-Thailand berbagi angka 2-2. Hari kedua Rudy menemui lawan keras dari penonton, tapi dapat melibas Bandid dengan 17-14, 15-9. (Indonesia unggul 3-2). Tunggal kedua Muljadi, di set pertama sudah unggul 6-1 atas Sangob, protes kepada wasit karena smashnya yang masuk dianggap keluar. Ketika perdebatan masih terjadi, publik yang mencemooh, melempar Muljadi dengan botol minuman. Muljadi sebenarnya tidak terganggu, tapi official Indonesia yang tersinggung berat menarik Muljadi keluar dan tidak bersedia melanjutkan pertandingan. Malam itu juga Indonesia dinyatakan kalah w.o. 3-6! Indonesia kemudian mengajukan banding ke IBF (sekarang WBF). Beruntunglah Indonesia punya pelobby kuat seperti Drs. Sudirman (ketua PBSI kala itu). IBF menganulir keputusan OC, memutuskan Muljadi kalah (3-3) tapi mengharuskan 3 pertandingan sisa harus diteruskan di Hongkong. Gantian Thailand yang ogah dan Indonesia dinyatakan menang 6-3. (Pembalasan Manis Pertama).
Tapi adrenalin yang terpacu belum berhenti sampai disini. Entah dengan alasan apa, tim tidak memainkan Muljadi pada partai krusial melawan Jepang di Kyoto. Karena ternyata bulutangkis memang kurang populer di Jepang, pertandingan dilakukan nyaris tanpa penonton. Meskipun demikian, Indonesia harus dengan susah payah berjuang sampai partai terakhir. Dan lolos dari lubang jarum 5-4, terutama dari 4 angka yang dipersembahkan Rudy (2 tunggal dan 2 ganda). Nyaris saja!
- Re: Mengenang Kisah Piala Thomas 1967 & 1970
Oleh : andromeda
Senin, 28 Maret 2011 12:21:09
Lanjut...
C. Pertandingan InterZona
Semua pertandingan play-off Interzona dan Final diadakan di Kualalumpur, Malaysia.
Indonesia tidak lagi menemui lawan seimbang, menekuk New Zealand juara Zona Australia di babak pertama 9-0, dan di semi final membenamkan Canada, juara zona Amerika juga 9-0. Demikian perkasanya Indonesia sehingga tunggal pertama dan tunggal kedua Canada. Jamie Poulson dan Wayne McDonnel dalam 8 set pertandingan melawan Rudy dan Muljadi, hanya memperoleh angka 21 (rata2 2,63 poin saja setiap set!). Indonesia ke Final!
Malaysia yang juara bertahan terkena peraturan baru IBF. Bila sebelumnya juara bertahan hanya ‘duduk manis’ menunggu pemenang Challenge Round/Interzona, sekarang harus ikut bertanding, meskipun cuma sekali, dan di Semi Final. Tapi lawan pertama dan satu-satunya Malaysia di babak ini ternyata bukan lawan kacangan, juara zona Eropa, Denmark!
C. Pertandingan InterZona
Semua pertandingan play-off Interzona dan Final diadakan di Kualalumpur, Malaysia.
Indonesia tidak lagi menemui lawan seimbang, menekuk New Zealand juara Zona Australia di babak pertama 9-0, dan di semi final membenamkan Canada, juara zona Amerika juga 9-0. Demikian perkasanya Indonesia sehingga tunggal pertama dan tunggal kedua Canada. Jamie Poulson dan Wayne McDonnel dalam 8 set pertandingan melawan Rudy dan Muljadi, hanya memperoleh angka 21 (rata2 2,63 poin saja setiap set!). Indonesia ke Final!
Malaysia yang juara bertahan terkena peraturan baru IBF. Bila sebelumnya juara bertahan hanya ‘duduk manis’ menunggu pemenang Challenge Round/Interzona, sekarang harus ikut bertanding, meskipun cuma sekali, dan di Semi Final. Tapi lawan pertama dan satu-satunya Malaysia di babak ini ternyata bukan lawan kacangan, juara zona Eropa, Denmark!
- Re: Mengenang Kisah Piala Thomas 1967 & 1970
Oleh
: andromeda
Senin,
28 Maret 2011 12:21:35
Lanjut...
Tapi Denmark, yang sebenarnya lebih diunggulkan punya masalah besar sebelum bertanding. Tunggal ke 3 mereka, veteran Erland Kops yang memprotes keputusan IBF yang meng anulir keputusan OC di Bangkok. Keputusan yang, menurut dia, meng-anakemas-kan tim Indonesia. Dia membatalkan keikutsertaannya di Piala Thomas sesaat sebelum tim Denmark berangkat ke KL. Kemudian ternyata pemain Denmark yang baru pertama kali main di daerah tropis, gagal ber aklimatisasi melawan iklim panas dan lembab. Tunggal Utama mereka, Svend Pri, 25 tahun terkena diare hebat dan tidak mampu bertanding. Denmark akhirnya membiarkan tunggal utama ini kosong (memberikan angka gratis 2-0 kepada Malaysia). Tapi ternyata Malaysia yang hanya memerlukan tambahan 3 angka dari 7 partai sisa yang diperebutkan, tidak mendapatkannya dengan mudah. Tunggal kedua Denmark Elo Hansen mendapatkan 2 angka atas kemenangannya dari Tan Aik Huang dan Gunalan, Veteran Tom Bacher menang atas tunggal ketiga Malaysia Abdul Rahman. Bahkan Hansen/Bacher nyaris menjadi pahlawan Denmark, karena hanya kalah rubber set dari Gunalan/BoonBee di partai terakhir. Malaysia maju ke Final dengan babak belur, 5-4.
Tapi Denmark, yang sebenarnya lebih diunggulkan punya masalah besar sebelum bertanding. Tunggal ke 3 mereka, veteran Erland Kops yang memprotes keputusan IBF yang meng anulir keputusan OC di Bangkok. Keputusan yang, menurut dia, meng-anakemas-kan tim Indonesia. Dia membatalkan keikutsertaannya di Piala Thomas sesaat sebelum tim Denmark berangkat ke KL. Kemudian ternyata pemain Denmark yang baru pertama kali main di daerah tropis, gagal ber aklimatisasi melawan iklim panas dan lembab. Tunggal Utama mereka, Svend Pri, 25 tahun terkena diare hebat dan tidak mampu bertanding. Denmark akhirnya membiarkan tunggal utama ini kosong (memberikan angka gratis 2-0 kepada Malaysia). Tapi ternyata Malaysia yang hanya memerlukan tambahan 3 angka dari 7 partai sisa yang diperebutkan, tidak mendapatkannya dengan mudah. Tunggal kedua Denmark Elo Hansen mendapatkan 2 angka atas kemenangannya dari Tan Aik Huang dan Gunalan, Veteran Tom Bacher menang atas tunggal ketiga Malaysia Abdul Rahman. Bahkan Hansen/Bacher nyaris menjadi pahlawan Denmark, karena hanya kalah rubber set dari Gunalan/BoonBee di partai terakhir. Malaysia maju ke Final dengan babak belur, 5-4.
- Re: Mengenang Kisah Piala Thomas 1967 & 1970
Oleh : andromeda
Senin, 28 Maret 2011 12:22:41
Lanjut...
D. Strategi Malaysia
Meskipun lebih diunggulkan, sebenarnya di atas kertas kekuatan Indonesia dan Malaysia, jujur harus diakui, seimbang. Kalaupun menang, Indonesia mungkin hanya mampu menang 5-4, atau paling sial (buat Malaysia) 6-3.
Tan Aik Huang, 25 tahun, masih jadi tulang punggung tim.
Tunggal kedua Punch Gunalan 26 tahun meskipun ‘rookie’ di arena Thomas Cup, tapi jauh lebih unggul dari Yew Cheng Hoe yang sudah mengundurkan diri. Satu-satunya kelemahan Malaysia di Tunggal hanyalah tunggal ketiga Abdul Rahman Muhammed 21 tahun yang juga new comer. Ganda Utama mereka Gunalan/Ng Boon Bee masih merupakan ganda utama dunia. Tan Yee Khan yang mengundurkan diri digantikan sempurna oleh Gunalan. Setahun kemudian (1971), ganda ini menjadi juara All England. Ganda kedua Tan Aik Huang/Ng Tat Wai hanya kalah tipis dari ganda utama. Jadi sebenarnya Malaysia patut percaya diri menghadapi Indonesia. Apalagi, pertandingan ini dilakukan di kandang sendiri.
D. Strategi Malaysia
Meskipun lebih diunggulkan, sebenarnya di atas kertas kekuatan Indonesia dan Malaysia, jujur harus diakui, seimbang. Kalaupun menang, Indonesia mungkin hanya mampu menang 5-4, atau paling sial (buat Malaysia) 6-3.
Tan Aik Huang, 25 tahun, masih jadi tulang punggung tim.
Tunggal kedua Punch Gunalan 26 tahun meskipun ‘rookie’ di arena Thomas Cup, tapi jauh lebih unggul dari Yew Cheng Hoe yang sudah mengundurkan diri. Satu-satunya kelemahan Malaysia di Tunggal hanyalah tunggal ketiga Abdul Rahman Muhammed 21 tahun yang juga new comer. Ganda Utama mereka Gunalan/Ng Boon Bee masih merupakan ganda utama dunia. Tan Yee Khan yang mengundurkan diri digantikan sempurna oleh Gunalan. Setahun kemudian (1971), ganda ini menjadi juara All England. Ganda kedua Tan Aik Huang/Ng Tat Wai hanya kalah tipis dari ganda utama. Jadi sebenarnya Malaysia patut percaya diri menghadapi Indonesia. Apalagi, pertandingan ini dilakukan di kandang sendiri.
- Re: Mengenang Kisah Piala Thomas 1967 & 1970
Oleh
: andromeda
Senin,
28 Maret 2011 12:23:10
Lanjut...
Tim Malaysia juga ternyata pandai berhitung.
Malaysia menghitung, tidak ada satupun pemain tunggal Malaysia yang mampu menahan tunggal utama dan kedua Indonesia Rudy-Muljadi. Tunggal ketiga Malaysia Abdul Rahman hampir pasti akan kalah juga oleh Darmadi. Jadi tidak ada gunanya mendapat 4 angka dari ganda, kalau dari tunggal mereka kehilangan 5 angka. Jadi, mereka bertekad ingin mencuri 1 angka di tunggal sambil memastikan 4 angka dari ganda.
Karena itu Tan Aik Huang dipasang menjadi tunggal ketiga dan bertugas harus mendapat 3 angka (1 dari tunggal dan 2 dari ganda). Ganda utama Gunalan/Ng Boon Bee, dipastikan menyumbang 2 angka. Apalagi, pertandingan ini dilakukan di kandang sendiri.
Tapi ternyata pertandingan tidak berjalan sesuai rencana. (Bola bundar, kata orang sepakbola).
Pertandingan final ini diselenggarakan di Kuala Lumpur, Malaysia, 5 dan 6 juni 1970.
Tim Malaysia juga ternyata pandai berhitung.
Malaysia menghitung, tidak ada satupun pemain tunggal Malaysia yang mampu menahan tunggal utama dan kedua Indonesia Rudy-Muljadi. Tunggal ketiga Malaysia Abdul Rahman hampir pasti akan kalah juga oleh Darmadi. Jadi tidak ada gunanya mendapat 4 angka dari ganda, kalau dari tunggal mereka kehilangan 5 angka. Jadi, mereka bertekad ingin mencuri 1 angka di tunggal sambil memastikan 4 angka dari ganda.
Karena itu Tan Aik Huang dipasang menjadi tunggal ketiga dan bertugas harus mendapat 3 angka (1 dari tunggal dan 2 dari ganda). Ganda utama Gunalan/Ng Boon Bee, dipastikan menyumbang 2 angka. Apalagi, pertandingan ini dilakukan di kandang sendiri.
Tapi ternyata pertandingan tidak berjalan sesuai rencana. (Bola bundar, kata orang sepakbola).
Pertandingan final ini diselenggarakan di Kuala Lumpur, Malaysia, 5 dan 6 juni 1970.
- Re: Mengenang Kisah Piala Thomas 1967 & 1970
Oleh : andromeda
Senin, 28 Maret 2011 12:23:48
Lanjut...
E. Final Hari Pertama
Sebagaimana biasanya, Muljadi yang telat panas, ketinggalan lebih dulu 0-4 oleh Punch Gunalan. Dukungan penonton yang gegap gempita, ganas dan tidak kalah kurangajarnya oleh penonton Istora 1967. Pertamakali terlihat di arena Piala Thomas, ada lambaian bendera raksasa di tribun Stadion Negara KL. Lambaian bendera besar yang disertai kibaran bendera kecil yang tidak seragam, betul-betul menjengkelkan (penonton Indonesia, maksudnya!). Penonton Malaysia memang kreatif. Tapi kelihatan sekali kalau Muljadi tidak terganggu dan ekspresi mukanya tetap “dinginâ€. Justru riuh rendah dukungan ini kelihatan jadi bumerang, Gunalan kelihatan demam panggung, langkahnya kelihatan berat. Mulyadi menang relatif mudah 15-9, 15-5. (1-0, Indonesia).
Rudy Hartono, benar-benar jadi sasaran “tembak†penonton. Bermain serbasalah sehingga cukup sulit untuk melewati set 1, tapi kemudian ritmenya pulih kembali di set 2 dan tidak membiarkan Abdul Rahman ganti napas. 15-12, 15-2. (2-0, Indonesia).
E. Final Hari Pertama
Sebagaimana biasanya, Muljadi yang telat panas, ketinggalan lebih dulu 0-4 oleh Punch Gunalan. Dukungan penonton yang gegap gempita, ganas dan tidak kalah kurangajarnya oleh penonton Istora 1967. Pertamakali terlihat di arena Piala Thomas, ada lambaian bendera raksasa di tribun Stadion Negara KL. Lambaian bendera besar yang disertai kibaran bendera kecil yang tidak seragam, betul-betul menjengkelkan (penonton Indonesia, maksudnya!). Penonton Malaysia memang kreatif. Tapi kelihatan sekali kalau Muljadi tidak terganggu dan ekspresi mukanya tetap “dinginâ€. Justru riuh rendah dukungan ini kelihatan jadi bumerang, Gunalan kelihatan demam panggung, langkahnya kelihatan berat. Mulyadi menang relatif mudah 15-9, 15-5. (1-0, Indonesia).
Rudy Hartono, benar-benar jadi sasaran “tembak†penonton. Bermain serbasalah sehingga cukup sulit untuk melewati set 1, tapi kemudian ritmenya pulih kembali di set 2 dan tidak membiarkan Abdul Rahman ganti napas. 15-12, 15-2. (2-0, Indonesia).
- Re: Mengenang Kisah Piala Thomas 1967 & 1970
Oleh
: andromeda
Senin,
28 Maret 2011 12:24:21
Lanjut..
Istirahat 30 menit, Rudy turun kembali ke lapangan bersama Indra Gunawan melawan ganda Malaysia yang lebih segar Tan Aik Huang/Ng Tat Wai. Ternyata Aik Huang tidak mampu melepaskan diri dari stigma “selalu kalah†ketika ketemu Rudy, dan Tat Wai juga tidak mampu mengangkat moral pasangannya itu, sehingga kalah straight set saja 9-15, 11-15. (Indonesia 3-0).
Partai ke 4 yang mempertemukan pasangan no.2 Indonesia Indratno/Mintarja dengan pasangan utama Malaysia Gunalan/Ng Boon Bee menjadi pertandingan paling “panas†malam itu. Meskipun akhirnya kalah tapi pasangan Indonesia itu amat gigih, jatuh bangun mengejar bola dan setiap angka tidak didapat dengan mudah. Pertandingan memakan waktu hampir 1 jam (57 menit), 7-15, 15-13, 10-15.
Hari pertama Indonesia unggul 3-1. Pembalasan manis kedua. (Tahun 1967 hari pertama, Indonesia kalah 1-3 di kandang).
Istirahat 30 menit, Rudy turun kembali ke lapangan bersama Indra Gunawan melawan ganda Malaysia yang lebih segar Tan Aik Huang/Ng Tat Wai. Ternyata Aik Huang tidak mampu melepaskan diri dari stigma “selalu kalah†ketika ketemu Rudy, dan Tat Wai juga tidak mampu mengangkat moral pasangannya itu, sehingga kalah straight set saja 9-15, 11-15. (Indonesia 3-0).
Partai ke 4 yang mempertemukan pasangan no.2 Indonesia Indratno/Mintarja dengan pasangan utama Malaysia Gunalan/Ng Boon Bee menjadi pertandingan paling “panas†malam itu. Meskipun akhirnya kalah tapi pasangan Indonesia itu amat gigih, jatuh bangun mengejar bola dan setiap angka tidak didapat dengan mudah. Pertandingan memakan waktu hampir 1 jam (57 menit), 7-15, 15-13, 10-15.
Hari pertama Indonesia unggul 3-1. Pembalasan manis kedua. (Tahun 1967 hari pertama, Indonesia kalah 1-3 di kandang).
- Re: Mengenang Kisah Piala Thomas 1967 & 1970
Oleh : andromeda
Senin, 28 Maret 2011 12:24:59
Lanjut...
F. Final Hari Kedua
Strategi Malaysia untuk mencuri 1 partai tunggal dari Indonesia akhirnya berhasil. Tunggal ke 3 Indonesia Darmadi, membuka pertandingan melawan Tan Aik Huang yang ditempatkan sebagai Tunggal ke 3 Malaysia. Darmadi memberi perlawanan keras, meskipun akhirnya kalah 12-15, 12-15 (Malaysia memperkecil ketinggalan, 2-3).
Muljadi yang turun di partai kedua langsung menggebrak dalam tempo tinggi dan tidak membiarkan Abdul Rahman untuk berkembang, dan menang 15-5, 15-5 dalam waktu hanya 10 dan 12 menit!). (Indonesia selangkah lagi, 4-2).
F. Final Hari Kedua
Strategi Malaysia untuk mencuri 1 partai tunggal dari Indonesia akhirnya berhasil. Tunggal ke 3 Indonesia Darmadi, membuka pertandingan melawan Tan Aik Huang yang ditempatkan sebagai Tunggal ke 3 Malaysia. Darmadi memberi perlawanan keras, meskipun akhirnya kalah 12-15, 12-15 (Malaysia memperkecil ketinggalan, 2-3).
Muljadi yang turun di partai kedua langsung menggebrak dalam tempo tinggi dan tidak membiarkan Abdul Rahman untuk berkembang, dan menang 15-5, 15-5 dalam waktu hanya 10 dan 12 menit!). (Indonesia selangkah lagi, 4-2).
- Re: Mengenang Kisah Piala Thomas 1967 & 1970
Oleh
: andromeda
Senin,
28 Maret 2011 12:25:22
Lanjut...
Rudy Hartono yang turun sebagai pemain kunci penentu kemenangan Indonesia kelihatan bermain tegang. Terburu-buru ingin menang, memperbanyak smash yang ternyata malah membuatnya mati langkah sendiri ketika lawannya mampu mengembalikannya. Sebaliknya Punch Gunalan menunjukkan kelas sebenarnya, tidak lagi demam panggung seperti hari pertama. Bola sulit Rudy gigih dikejarnya dan dikembalikan sama sulitnya. Angka berkejaran ketat dan Rudy selalu tertinggal 1-3, 4-7, 11-13, 13-14, 15-15,16-16 dan penonton baru benar-benar percaya Rudy menang set pertama, ketika pengembalian bola Gunalan nyangkut 17-16. Tapi penonton menyaksikan, rasa percaya diri Rudy kembali pulih di set ke 2, bermain sabar tidak lagi terburu2 smash. Permainan Gunalan diladeninya dengan tarian balet yang sangat stylish itu, netting sangat tipis dan lob akurat. Gunalan dikocoknya habis meskipun akhirnya kalah 12-15. Di set penentuan setelah istirahat 5 menit ternyata tidak membuat Gunalan pulih. Gunalan kelihatan benar kalau kehabisan “bensinâ€. Permainan cepat yang kembali diperagakan Rudy membuat Gunalan kedodoran. Bola silang Rudy sering dibiarkannya saja, karena kehabisan napas. Rudy akhirnya memenangkan set penentuan ini dengan mudah 15-3. Riuh rendah dan gegap gempitanya penonton pendukung tuan rumah ternyata tidak banyak mempengaruhi performa Rudy. Bahkan Gunalan dengan sportif beberapa kali berusaha menenangkan penonton.
Indonesia menang 5-2 dan Piala Thomas kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi!
Rudy Hartono yang turun sebagai pemain kunci penentu kemenangan Indonesia kelihatan bermain tegang. Terburu-buru ingin menang, memperbanyak smash yang ternyata malah membuatnya mati langkah sendiri ketika lawannya mampu mengembalikannya. Sebaliknya Punch Gunalan menunjukkan kelas sebenarnya, tidak lagi demam panggung seperti hari pertama. Bola sulit Rudy gigih dikejarnya dan dikembalikan sama sulitnya. Angka berkejaran ketat dan Rudy selalu tertinggal 1-3, 4-7, 11-13, 13-14, 15-15,16-16 dan penonton baru benar-benar percaya Rudy menang set pertama, ketika pengembalian bola Gunalan nyangkut 17-16. Tapi penonton menyaksikan, rasa percaya diri Rudy kembali pulih di set ke 2, bermain sabar tidak lagi terburu2 smash. Permainan Gunalan diladeninya dengan tarian balet yang sangat stylish itu, netting sangat tipis dan lob akurat. Gunalan dikocoknya habis meskipun akhirnya kalah 12-15. Di set penentuan setelah istirahat 5 menit ternyata tidak membuat Gunalan pulih. Gunalan kelihatan benar kalau kehabisan “bensinâ€. Permainan cepat yang kembali diperagakan Rudy membuat Gunalan kedodoran. Bola silang Rudy sering dibiarkannya saja, karena kehabisan napas. Rudy akhirnya memenangkan set penentuan ini dengan mudah 15-3. Riuh rendah dan gegap gempitanya penonton pendukung tuan rumah ternyata tidak banyak mempengaruhi performa Rudy. Bahkan Gunalan dengan sportif beberapa kali berusaha menenangkan penonton.
Indonesia menang 5-2 dan Piala Thomas kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi!
- Re: Mengenang Kisah Piala Thomas 1967 & 1970
Oleh : andromeda
Senin, 28 Maret 2011 12:25:54
Lanjut...
2 partai ganda yang tersisa, meskipun tidak lagi menentukan, tetapi tetap berlangsung menegangkan dan ‘panas’. Semua berakhir dengan rubber set. Askar Diraja Malaysia kelihatan tidak patah semangat, pasukan Indonesia juga bermain sungguh-sungguh demi kehormatan diri, dan penonton harus diberi apresiasi, karena meskipun telah kehilangan Piala Thomas, tetapi tetap konsisten mendukung tim negaranya sambil tetap tidak bosan mengejek penampilan saudaranya serumpun.
Rudy Hartono/Indra Gunawan menang dengan susah payah atas Gunalan/Ng Boon Bee 9-15, 17-16, 15-6. Dan Indratno/Mintarja berjuang sangat ngotot, jatuh bangun untuk lolos dari lubang jarum, dan menang atas Tan Aik Huang/Ng Tat Wai 10-15, 18-16, 15-10. Hasil akhir 7-2 untuk Indonesia.
G. Epilog
Strategi Malaysia untuk mencuri 1 tunggal dari Indonesia berjalan baik. Tapi 4 angka ganda yang dihitung menjadi milik Malaysia, ternyata 3 diserobot Indonesia. Sebaliknya kemenangan 3 partai ganda ini menjadi awal kebangkitan dan kejayaan ganda putra Indonesia, sampai kini!. Pengurus PBSI menjadi yakin harus sesegera mungkin menyusun ganda tangguh melalui pelatnas jangka panjang, karena angka yang disumbangkan ganda, sama nilainya dengan angka dari tunggal. Pembinaan sektor ganda tidak lagi menjadi anak tiri. Pasangan Indratno/Mintarja dan Rudy/Indra Gunawan ini juga ‘ditemukan’ di Pelatnas.
2 partai ganda yang tersisa, meskipun tidak lagi menentukan, tetapi tetap berlangsung menegangkan dan ‘panas’. Semua berakhir dengan rubber set. Askar Diraja Malaysia kelihatan tidak patah semangat, pasukan Indonesia juga bermain sungguh-sungguh demi kehormatan diri, dan penonton harus diberi apresiasi, karena meskipun telah kehilangan Piala Thomas, tetapi tetap konsisten mendukung tim negaranya sambil tetap tidak bosan mengejek penampilan saudaranya serumpun.
Rudy Hartono/Indra Gunawan menang dengan susah payah atas Gunalan/Ng Boon Bee 9-15, 17-16, 15-6. Dan Indratno/Mintarja berjuang sangat ngotot, jatuh bangun untuk lolos dari lubang jarum, dan menang atas Tan Aik Huang/Ng Tat Wai 10-15, 18-16, 15-10. Hasil akhir 7-2 untuk Indonesia.
G. Epilog
Strategi Malaysia untuk mencuri 1 tunggal dari Indonesia berjalan baik. Tapi 4 angka ganda yang dihitung menjadi milik Malaysia, ternyata 3 diserobot Indonesia. Sebaliknya kemenangan 3 partai ganda ini menjadi awal kebangkitan dan kejayaan ganda putra Indonesia, sampai kini!. Pengurus PBSI menjadi yakin harus sesegera mungkin menyusun ganda tangguh melalui pelatnas jangka panjang, karena angka yang disumbangkan ganda, sama nilainya dengan angka dari tunggal. Pembinaan sektor ganda tidak lagi menjadi anak tiri. Pasangan Indratno/Mintarja dan Rudy/Indra Gunawan ini juga ‘ditemukan’ di Pelatnas.
- Re: Mengenang Kisah Piala Thomas 1967 & 1970
Oleh
: andromeda
Senin,
28 Maret 2011 12:26:19
Lanjut...
Rudy Hartono sudah di puncak performanya, menjalankan tugas dengan sangat baik dan mempersembahkan 4 angka untuk Indonesia (2 tunggal, 2 ganda). Sekedar catatan, ganda Indonesia Rudy/Indra Gunawan bertemu kembali dengan ganda Malaysia Gunalan/Boon Bee, di final All England setahun kemudian (1971). Justru di tempat netral inilah, ganda Malaysia ini berhasil membuat revans dan menjadi juara.
Berkat lobby Ketua PBSI Drs. Sudirman dan kenyataan di lapangan, akhirnya IBF menyadari bahwa sikap penonton yang ‘riuh rendah’ dan ‘kurangajar’ tidak hanya menjadi ‘monopoli’ Indonesia. Pelan-pelan disadari bahwa penonton Asia lebih ‘panas’ dari penonton Eropa. Standar kelakuan penonton bulutangkis tidak lagi disamakan dengan penonton tennis yang lebih ‘beradab’.
Strategi Malaysia yang menempatkan tunggal utama mereka sebagai tunggal ketiga memicu ide IBF untuk menyusun sistim peringkat dunia bagi pemain. Di masa datang, penyusunan daftar pemain harus berdasarkan peringkat dunia pemain ybs dan tidak bisa diaduk-aduk seperti itu.
Diluar itu semua, kemenangan telak Indonesia 7-2 atas Malaysia di Kualalumpur ini, meskipun agak di luar perhitungan para pengamat, menjadi pembalasan sangat manis dari kekalahan menyakitkan akibat peristiwa Istora tahun 1967.
Rudy Hartono sudah di puncak performanya, menjalankan tugas dengan sangat baik dan mempersembahkan 4 angka untuk Indonesia (2 tunggal, 2 ganda). Sekedar catatan, ganda Indonesia Rudy/Indra Gunawan bertemu kembali dengan ganda Malaysia Gunalan/Boon Bee, di final All England setahun kemudian (1971). Justru di tempat netral inilah, ganda Malaysia ini berhasil membuat revans dan menjadi juara.
Berkat lobby Ketua PBSI Drs. Sudirman dan kenyataan di lapangan, akhirnya IBF menyadari bahwa sikap penonton yang ‘riuh rendah’ dan ‘kurangajar’ tidak hanya menjadi ‘monopoli’ Indonesia. Pelan-pelan disadari bahwa penonton Asia lebih ‘panas’ dari penonton Eropa. Standar kelakuan penonton bulutangkis tidak lagi disamakan dengan penonton tennis yang lebih ‘beradab’.
Strategi Malaysia yang menempatkan tunggal utama mereka sebagai tunggal ketiga memicu ide IBF untuk menyusun sistim peringkat dunia bagi pemain. Di masa datang, penyusunan daftar pemain harus berdasarkan peringkat dunia pemain ybs dan tidak bisa diaduk-aduk seperti itu.
Diluar itu semua, kemenangan telak Indonesia 7-2 atas Malaysia di Kualalumpur ini, meskipun agak di luar perhitungan para pengamat, menjadi pembalasan sangat manis dari kekalahan menyakitkan akibat peristiwa Istora tahun 1967.
- Re: Mengenang Kisah Piala Thomas 1967 & 1970
Oleh : andromeda
Senin, 28 Maret 2011 12:27:02
Fiuh...akhirnya selese juga...
Bagi yg mau berkomentar, silakan...
Bagi yg mau berkomentar, silakan...
- See more at:
http://www.bulutangkis.com/mod.php?mod=diskusi&op=viewdisk&did=7582#sthash.IHjMa4nA.dpuf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar